1.Pengertian tari
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang
dilakukan di tempat
dan waktu tertentu
untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran.
Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan
memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan
sehari-hari seperti berlari,
berjalan, atau bersenam. Menurut
jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat,
tari klasik, dan tari kreasi baru. Dansa
adalah tari asal kebudayaan Barat yang
dilakukan pasangan pria-wanita dengan berpegangan tangan atau berpelukan sambil
diiringi musik.
2.Pengertian tari kecak dan sejarah
(Pengertian dan Pengenalan Tari Kecak
yang berasal dari Bali) – Tari Kecak ialah
pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an
dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak
(puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan
irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan
kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian,
Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang
penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan
Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut
mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka.
Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh
Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian
Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan
yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama
dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi
Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini
saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya. (Tari
Kecak – Tarian Bali)
3.Fungsi dan tujuan tari
- tari
sebagai upacara
fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual. - tari
sebagai sarana hiburan
salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk di tonton. Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikan - tari
sebagai sarana pertunjukkan
tari pertunjukkan adalah bentuk momunikasi sehingga ada penyampai pesan dan penerima pesan. Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat - tari
sebagai sarana pendidikan
tari yang digunakan untuk sarana pendidikan dengan mengajarkan di sekolah – sekolah formal.
Tari Kecak merupakan salah satu bentuk dari tari
Babali yaitu tari-tarian yang dapat dipersembahkan dalam rangkaian upacara
Panca Yajna, maupun hanya sebagai hiburan.
Tari Kecak dipandang dari sejarahnya berasal dari Tari
Sanghyang, yang biasanya berfungsi sebagai sarana pengusir penyakit dan juga
sebagai sarana pelindung masyarakat Bali terhadap ancaman kekuatan jahat,
tentunya mengandung banyak nilai-nilai, baik dalam filsafat maupun seni budaya.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Kecak adalah
Masyarakat Bali mempercayai Tari Kecak sebagai salah
satu tarian ritual memanggil dewi untuk mengusir penyakit dan juga sebagai
sarana pelindung dari kekuatan jahat. Dalam hal ini masyarakat Bali sangat
mempercayai Dewinya untuk melindungi dirinya dari ancaman-ancaman. Dewi yang
biasanya dipanggil dalam ritual ini adalah Dewi Suprabha atau Tilotama.
Dalam sebuah karya seni pastilah mempunyai nilai
estetika atau keindahan. Hal ini dapat kita lihat dari gerakan penari Kecak,
kekompakan semua penarinya. Keselarasan antara lagu dan gerakan yang terlihat
sangat ritmis meskipun tanpa alat musik apapun.
Di dalam perkembangannya Tari Kecak tidak hanya
sebagai tarian suci atau sakral seperti di atas, akan tetapi juga menjadi
sebuah drama tari pertunjukan yang menceritakan kisah Ramayana maupun
Mahabarata. Hal ini tentunya juga berpengaruh pada nilai-nilai yang ingin
disampaikan pada penikmat Tari Kecak.
Filsafat hitam-putih yang ada dalam Epos Ramayana juga
semakin memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Tarian Kecak. Karena
dalam Epos Ramayana diperlihatkan secara jelas antara yang baik dan yang buruk,
berbeda dengan Epos Mahabarata, yang merupakan filsafat abu-abu. Adapun
nilai-nilai yang terkandung adalah:
Nilai religius terlihat jelas pada adegan tiga, dimana
Rama memohon pertolongan pada Dewata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam cerita
tersebut sangat mempercayai kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya. Orang Bali
yang sangat menjaga nilai adat dan religi dalam tarian itu maka penari
perempuan haruslah memakai kemben (baju adapt Bali) bukan telanjang dada
seperti para penari prianya. Jadi penari perempuan belum pernah dipasang pada
posisi pasukan kera.
Dalam adegan-adegan Tari Kecak yang mengambil cerita
Ramayana terdapat banyak sekali nilai-nilai moral yang dihadirkan. Seperti,
kesetiaan Shinta pada suaminya (Rama), kesetiaan Laksmana pada kakaknya. Nilai
moral juga terlihat pada Burung Garuda yang ingin menolong Shinta dari
cengkeraman Rahwana sampai ia mengorbankan sayapnya. Dalam cerita tersebut
Rahwana sebagai pemegang sifat buruk, tamak, serakah, dan sebagainya ia bahkan
mengambil apa yang bukan miliknya secara paksa. Kesetiaan juga terlihat pada
adik kandung Rahwana yang bernama Kumbakarna, meskipun ia tidak menyukai
tindakan kakaknya akan tetapi ia tetap membantu kerajaannya berperang melawan
pasukan Rama sebagai bukti kesetiaannya pada negara.
Gerakan Tari kecak yang sangat indah dan sangat khas
dan unik menjadi alasan saya menjadikannya sebagai sebuah nilai estetika.
Selain itu, unsur gerak dan bunyi yang menjadi ciri khas Tarian Kecak merupakan
bagian yang paling sederhana yang dilakukan secara seragam dan bersamaan
sehingga menjadi filosofi penting atas terjadinya persaudaraan yang universa
Tidak seperti tari bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring
tetapi dalam pementasan tari kecak ini hanya memadukan seni dari suara -
suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak ke cak cak ke"
sehingga tari ini disebut tari kecak.
Lukisan Tari Kecak oleh Pelukis : I Made Adi Antara
Tarian Kecak ini bisa ditemukan di beberapa tempat di Bali, tapi yang di Uluwatu adalah yang paling menarik untuk ditonton karena atraksinya bersamaan dengan sunset atau matahari tenggelam.
Menurut Wikipedia, kecak diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak yang bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Selain kisah Ramayana, ada beberapa judul dan tema kecak yang sering dipentaskan seperti :
- Kecak Subali dan Sugriwa, diciptakan pada tahun 1976.
- Kecak Dewa Ruci, diciptakan pada tahun 1982.
Keduanya merupakan hasil karya dari Bapak I Wayan Dibia.
Lukisan Tari Kecak oleh Pelukis : I Made Adi Antara
Tarian Kecak ini bisa ditemukan di beberapa tempat di Bali, tapi yang di Uluwatu adalah yang paling menarik untuk ditonton karena atraksinya bersamaan dengan sunset atau matahari tenggelam.
Menurut Wikipedia, kecak diciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak yang bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Selain kisah Ramayana, ada beberapa judul dan tema kecak yang sering dipentaskan seperti :
- Kecak Subali dan Sugriwa, diciptakan pada tahun 1976.
- Kecak Dewa Ruci, diciptakan pada tahun 1982.
Keduanya merupakan hasil karya dari Bapak I Wayan Dibia.
Sejarah tari
kecak berasal dari Bali ini, pengertian tari kecak biasanya disebut sebagai
tari “Cak” atau tari api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan masal atau
hiburan dan cendrung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena
seluruhnya menggambarkan seni peran dari “Lakon Pewayangan” seperti Rama Sita
dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti pemujaan,
odalan dan upacara lainnya.